Monday, July 21, 2014

profille jokowi , kumpulan profille , siapa jokowi

berikut saya kumpulkan profille dari beberapa sumber semoga dapat membantu anda dari joko-widodo-blogspot : Ir. H. Joko Widodo yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi adalah pengusaha mebel dan Beliau merupakan Walikota Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Ketika itu, dia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tahun 2012 ini, Beliau bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok) maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Biodata Jokowi - Joko Widodo : Nama Populer : Jokowi Nama Lengkap : Ir. Joko Widodo Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961 Partai politik : PDI Perjuangan Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo Anak: Gibran Rakabumi Raka, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangerap Agama : Islam - Hobby : Penikmat musik rock Riwayat Pendidikan : - SDN 111 Tirtoyoso Solo, SMPN 1 Solo, SMAN 6 Solo - Almamater : Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985 Pekerjaan : Pengusaha, Eksportir Mebel, Walikota Solo 2005-2010 dan 2010-2015 Gubernur baru DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kisah masa kecil yang unik. Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya tergusur. Masa kecil Jokowi diwarnai canda dan tawa, dengan sesekali diselingi tangisan. Rumah petak sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa travel. Sang bunda menuturkan bahwa Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai bergaul. Banyak yang mengenal Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah, untuk menghindari pertengkaran. Sikap tersebut diwarisi Jokowi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan bertanggung jawab.
Berbeda dengan anak-anak kebanyakan, Jokowi selalu berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat yang lain memamerkan sepeda ontel terbaru. Menurut Jokowi kala itu, sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga berjalan kaki pun tidak menjadi masalah. Bakti kepada orangtua ditunjukkan Jokowi tak hanya lewat sikap, namun juga sejumlah prestasi. Saat menjadi Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta, orang-orang yang mengenalnya tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil. Sosok jokowi sangat dicintai rakyatnya. Dukungan warga Solo tak pupus, termasuk saat Jokowi maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Anak tukang kayu itu pun, kini menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Jokowi kecil adalah anak seorang "tukang kayu". Setelah Beliau lulus dari SMA, kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada . Setelah lulus kuliah tahun 1985, dirinya merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Kemudian ia kembali ke Solo dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati. Setelah merasa cukup, pada tahun 1998, dirinya berhenti bekerja di CV tersebut dan memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang pernah ia miliki. Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel. Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini bahkan hingga saat ia terpilih. Pada tahun 2005, Pak Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dengan partai politik PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. Akhirnya Beliau pun terpilih menjadi Walikota Solo. Selama kepemimpinannya, Solo banyak mengalami kemajuan. Setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008" Sikap rendah hati Walikota solo ini tidaklah dibuat-buat. Bagi Masyarakat Solo, Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat peduli dengan kehidupan mereka. Di lorong pasar dan jalan-jalan di Kota Solo, Pak Jokowi sering sekali mengobrol dan mendengarkan keluh kesah rakyat tanpa jarak. Ada satu fakta yang sangat mengejutkan, Jokowi belum pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai seorang Walikota dan Mobil yang ia pakai sebagai mobil dinas saat ini hanyalah "warisan" mobil dinas pendahulunya yaitu Bapak Slamet Suryanto. Pada pemilihan Walikota 2010-2015, Pak Jokowi berhasil meraih 90% suara dari total pemilih. Sungguh fantastis seorang pemimpin yang benar-benar dicintai masyarakatnya. Mobil Esemka, beliau lah salah satu orang yang berani memakai dan mempeloporinya. Jokowi-pun menyemangati murid-murid pembuat mobil Esemka saat mobil ini tak lulus uji emisi. Ia diminta oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012 dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama. Ia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012 dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama. Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu mengunggulkan namanya sebagai pemenang. Pasangan ini diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012. Dalam pilkada putaran kedua hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia menetapkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mendapat 46,19%. Apabila hasil ini tidak berubah hingga penetapan resmi KPUD DKI Jakarta, Jokowi dipastikan menjabat gubernur yang ke-17. Akhirnya pada 29 September 2012 KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo-Prijanto. "Orangnya ndeso kok luar biasa, bisa menang di Jakarta," ucap Sutarti, tetangga Jokowi. dari san log .com : Biografi, Sejarah Pendidikan dan Profil Jokowi yang memiliki nama lengkap Joko Widodo, akan bertarung pada Pilpres 9 Juli 2014 yang mengawali karirnya didunia politik dengan bergabung di PDI Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) pimpinan putri sulung Presiden pertama RI yaitu Megawati Soekarno Putri. Dalam memimpin Jakarta beliau di dampingi oleh Basuki Tjahja Purnama atau Ahok sebagai wakil setelah memenangkan Pilkada 2012 yang kala itu bersaing dengan Fauzi Bowo. Joko Widodo terlahir 52 tahun silam atau tepatnya pada tanggal 21 Juni 1961 di Surakarta Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas Kehutanan Univesitas Gajah Mada Jokowi menekuni dunia bisnis Furniture. Sebagai kader PDIP pada tahun 2005 beliau berhasil menjabat sebagai Wali Kota Solo, berkat keberhasilannya dalam memimpin dan merubah wajah kota Solo maka Joko Widodo kembali berhasil memenangkan pemilihan Wali Kota untuk yang kedua kalinya pada 2010 dengan pencapaian suara melebihi 90% maka ia kembali menjabat sebagai Wali Kota Solo dengan di dampingi oleh F.X Hadi Rudyatmo. Foto Jokowi - Joko Widodo Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) Image Source Dan dalam masa-masa singkat kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta Ir. H. Joko Widodo kembali menjadi sorotan dan perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Beberapa perubahan yang ia lakukan membuat nama beliau semakin mendapatkan tempat di hati warga ibu kota. Namun meskipun masa jabatan Jokowi belum habis, Megawati telah memberikan mandat kepada beliau untuk maju sebagai Calon Presiden 2014. Karena PDIP yakin berkat popularitas serta beliau terus menjadi sorotan media hal tersebut akan membuat sosok dan Profil Joko Widodo semakin di kenal oleh masyarakat indonesia. Setelah pemilu legislatif 9 April 2014, maka secara resmi Joko Widodo maju sebagai Calon Presiden dengan di dampingi H. M Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Dan pada pemilu atau pemilihan umum 2014 ini beliau akan bersaing dengan pasangan Prabowo – Hatta Rajasa untuk memenangkan kursi ke Presidenan yang akan dilepaskan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 2 periode. Pendidikan Joko Widodo (Jokowi) SD Negeri 111 Tirtoyoso. SMP Negeri 1 Surakarta. SMA Negeri 6 Surakarta. Universitas Gajah Mada (Fakultas Kehutanan). Setelah selesai menjalani masa kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 . Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”. Selanjuntnya ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh di tempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Artikel terkait lainnya: Profil Cipto junaedy Akan tetapi hal tersebut membuat ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan. Jokowi berkeinginan untuk berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik Pakdenya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Maka di tahun 1988, ia mulai membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Untuk bisa kembali bangkit setelah mengalami masalah maka beliau meminjam uang sebagai modal kembali sejumlah Rp. 30 juta dari sang Ibu pada pada tahun 1990. Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, “Jokowi”. Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya. Adapun beberapa perubahan yang di lakukan oleh Jokowi selama menjabat sebagai Wali Kota Solo yang membuat ia berhasil mendapatkan beberapa kali penghargaan sebagai Wali Kota terbaik adalah sebagai berikut: Rebranding Solo. Mendamaikan Keraton Surakarta. Pembenahan pedagang kaki lima. Pembenahan transportasi umum. Hari bebas kendaraan bermotor. Pembenahan pendidikan dan kesehatan. Solo Techno Park dan Esemka. Dan masih ada beberapa hal lainnya yang di lakukan oleh Joko Widodo selama menjabat sebagai Wali Kota Solo, semua peninggalan dari beliau hingga kini masih berguna dan bermanfaat bagi seluruh warga Solo. Atas semua jasa-jasa yang telah di lakukannya maka Jokowi mendapatkan tempat khusus di hati warga Solo, dan untuk pemilihan Calon Presiden pada tahun 2014 ini seluruh masyarakat Solo memberikan dukungan penuh kepada Joko Widodo dari bio or id : Jokowi adalah tokoh pemimpin terpuji Walikota Solo dan berperan memperomosikan Mobil ESEMKA. Ir. Joko Widodo (Jokowi) adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bhakti 2005-2015. Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Jokowi lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Agama Jokowi adalah Islam. Pada 2012 Jokowi memenangkan Pilkada DKI Jakarta dan ditetapkan sebagi Gubernur DKI Jakarta. Banyak pihak optimis dengan kinerja Jokowi dan wakilnya Ahok untuk memperbaiki kota Jakarta yang semerawut. Jokowi Biografi Jokowi (Joko Widodo) Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota Solo, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto “Solo: The Spirit of Java“. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran. Berkat prestasi tersebut, Jokowi terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″ oleh Majalah Tempo. Asal Nama Julukan Jokowi “Jokowi itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu kata Wali Kota Solo, Joko Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak nama dengan nama depan Joko yang jadi eksportir mebel kayu. Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Makanya, dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’. Panggilan itu kemudian melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan tertulis, Jokowi, Wali Kota Solo. Belakangan dia mengecek, di Solo yang namanya persis Joko Widodo ada 16 orang. Saat ini, Jokowi menjabat untuk periode kedua. Kemenangan mutlak diperoleh saat pemilihan wali kota tahun lalu. Nama Jokowi kini tidak hanya populer, tapi kepribadiannya juga disukai masyarakat. Setidaknya, ketika pergi ke pasar-pasar, para pedagang beramai-ramai memanggilnya, atau paling tidak berbisik pada orang sebelahnya, “Eh..itu Pak Joko.” Bagaimana ceritanya sehingga dia bisa dicintai masyarakat Solo? Kebijakan apa saja yang telah membuat rakyatnya senang? Mengapa pula dia harus menginjak pegawainya? Berikut wawancara wartawan Republika, Ditto Pappilanda, dengan Jokowi dalam kebersamaannya sepanjang setengah hari di seputaran Solo. Sikap apa yang Anda bawa dalam menjalankan karier sebagai birokrat? Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya enggak berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja. Enggak ada kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu saja. Bener, saya tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita jalankan pun semua orang bisa ngerjain. Hanya, mau enggak. Punya niat enggak. Itu saja. Enggak usah tinggi-tinggi. Sederhana sekali. Contoh, lima tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di kecamatan semrawut. KTP bisa dua minggu, bisa tiga minggu selesai. Tidak ada waktu yang jelas. Bergantung pada yang meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa. Tapi, dengan memperbaiki sistem, apa pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem, kemudian melaksanakan sistem itu, dan kalau ada yang enggak mau melaksanakan sistem, ya, saya injak. Awalnya reaksi internal bagaimana? Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah kue, ternyata ya juga bisa dilakukan. Untuk mengubah sistem proses KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya copot. Saat itu, ketika rapat diikuti 51 lurah, ada tiga lurah yang kelihatan tidak niat. Enggak mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya lurah itu tidak menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima camat lagi, ada satu camat, sulit pak, karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah. Nyatanya, setelah mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh kecamatan sekarang sudah seperti bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai, terbuka semua. Satu jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp 5.000. Anda juga punya pengalaman menarik dalam penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kemudian banyak menjadi rujukan? Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah. Pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan. Lima tahun yang lalu, mereka saya undang makan di sini (ruang rapat rumah dinas wali kota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan malam. Saya ajak bicara. Sampai 54 kali, saya ajak makan siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Enggak usah di-gebukin. Mengapa butuh tujuh bulan, mengapa tidak di tiga bulan pertama? Kita melihat-melihat angin, lah. Kalau Anda lihat, pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk. Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota. Situasi panas itu sampai pertemuan ke berapa? Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa. Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar. Yang sulit itu, mereka meminta jaminan omzet di tempat yang baru sama seperti di tempat yang lama. Wah, bagaimana wali kota disuruh menjamin seperti itu. Jawaban saya, rezeki yang atur di atas, tapi nanti selama empat bulan akan saya iklankan di televisi lokal, di koran lokal, saya pasang spanduk di seluruh penjuru kota. Akhirnya, mereka mau pindah. Pindahnya mereka saya siapkan 45 truk, saya tunggui dua hari, mereka pindah sendiri-sendiri. Pindahnya mereka dari tempat lama ke tempat baru saya kirab dengan prajurit keraton. Ini yang enggak ada di dunia mana pun. Mereka bawa tumpeng satu per satu sebagai simbol kemakmuran. Artinya, pindahnya senang. Tempat yang lama sudah jadi ruang terbuka hijau kembali. Omzetnya di tempat yang baru? Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya. Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng saya. Bagaimana dengan PKL yang lain? Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai. Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah. Lha yang repot sekarang ini malah pedagang PKL itu minta direlokasi. Kita yang nggak punya duit. Sampai sekarang ini, masih 38 persen PKL yang belum direlokasi. Jadi, kalau masih melihat PKL di jalan atau trotoar, itu bagian dari 38 persen tadi. Tampaknya, pemberdayaan pasar menjadi perhatian Anda? Oiya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar. Dulu, ketika saya masuk, pendapatan dari pasar hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar. Hotel hanya Rp 10 miliar, restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar, advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp 19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian Rp 2.600. Pedagangnya banyak sekali, kok. Ini yang harus dilihat. Asal manajemennya bagus, enggak rugi kita bangun-bangun pasar. Masyarakat-pedagang terlayani, kita dapat income seperti itu. Sementara kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau tarik apa? Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi. Bahkan, minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang buka, tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan. Tapi, sepertinya Pasar Klewer belum tersentuh ya, kondisinya masih kurang nyaman? Klewer itu, waduh. Duitnya gede sekali. Kemarin, dihitung investor, Rp 400 miliar. Duit dari mana? Anggaran berapa puluh tahun, kita mau cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp 1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak, Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana. Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu aja. Soal pendidikan, di beberapa daerah sudah banyak dilakukan pendidikan gratis, apakah di Solo juga begitu? Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa, ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum. Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk kebutuhan tertentu. Itu juga yang diberlakukan untuk kesehatan? Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini untuk mereka yang masuk golongan sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis. Tampaknya, sekarang masyarakat sudah percaya pada Anda, padahal di awal terpilih, banyak yang sangsi? Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan bukan potongan wali kota, kurus, jelek. Saya juga enggak pernah muncul di Solo, apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sangsi, ya biar saja, sampai sekarang enggak apa-apa. Mau sangsi, mau menilai jelek, terserah orang. Dulu, apa niat awalnya jadi wali kota? Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Dulu, pilkada pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul. Hal apa yang paling mengesankan selama Anda menjadi wali kota? Paling mengesankan? Paling mengesankan itu, kalau dulu, kan, wali kota mesti meresmikan hal yang gede-gede. Meresmikan mal terbesar besar misalnya. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka, kok. Pos ronda minta dibuka wali kota, gapura dibuka wali kota, ya gimana rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga. Tapi kita nikmati. Apa kesulitan yang paling pertama Anda temui saat menjabat sebagai wali kota? Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang se-simpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan enggak bisa, ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya enggak terpenuhi, enggak bisa jalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural. Kita ini jadi negara prosedur. Apa pertimbangannya saat Anda mencalonkan untuk kali kedua? Sebetulnya, saya enggak mau. Mau balik lagi ke habitat tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir, ini benar ndak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya 87 persen. Enggak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi. Setelah survei itu, saya melihat, benar-benar ada keinginan masyarakat. Jadi, yang datang ke saya itu benar. Dan ternyata memang saya dapat hampir 91 persen. Saya lihat ada harapan dan ekspektasi yang terlalu besar. Perhitungan saya 65-70 persen. Hitungan di atas kertas 65:35, atau 60:40, kira-kira. Ada kekhwatiran tidak, ketika lepas jabatan, semua yang Anda bangun tetap terjaga? Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling tidak, pemimpin baru nanti enggak usah pakai 100 persen, seenggaknya 70 persen. Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya. Biodata Joko Widodo Nama : Joko Widodo Tempat Tanggal Lahir: Surakarta, 21 Juni 1961 Agama : Islam Pekerjaan : Pengusaha Agama : Islam Profil Facebook : jokowi Akun twitter : jokowi_do2 Email: jokowi@indo.net.id Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303 Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004 HP. 0817441111 Pendidikan: SDN 111 Tirtoyoso Solo SMPN 1 Solo SMAN 6 Solo Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985 Karir: Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990) Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996) Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007) Penghargaan: Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″ Menjadi walikota terbaik tahun 2009 Pak Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo. Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award Selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo jg banyak meraih penghargaan, di antaranya Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia Video Pak Jokowi di Youtube dalam acara Mata Najwa Jokowi yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta akhirnya memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan melalui proses pemilu 2 putaran. Pada 15 Oktober 2012, Jokowi dilantik sebagai Gunernur DKI Jakarta. Selamat atas terpilihnya beliau dan semoga amanah bisa dijalankan dengan baik demi kesejahteraan jutaan rakyat Jakarta. dari jokowicenter blogspot : Nama : H.Joko Widodo (Jokowi) Tempat/tanggal lahir : Surakarta, 21 Juni 1961 Isteri : Iriana Anak : Gibran Rakabuming (25), lulusan Universitas di Australia dan Singapura Kahiyang Ayu (21), mahasiswi Universitas Negeri Sebelas Maret Kaesang Pangarep (17), pelajar di Singapura Pendidikan: SDN 111 Tirtoyoso, Solo SMPN 1 Solo SMAN 6 Solo Fakultas Kehutanan UGM (lulus tahun 1985) Penghargaan : Penghargaan Personal 10 Tokoh di Tahun 2008 oleh Majalah Tempo Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Award Bung Hatta Anticorruption Award (2010) Charta Politica Award (2011) Wali Kota teladan dari Kementerian Dalam Negeri (2011) Kota Solo di Masa Kepemimpinan Jokowi: Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia Piala dan Piagam Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden Republik Indonesia (2009), untuk kinerja kota dalam penyediaan sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia (2009) Penghargaan dari Departemen Keuangan berupa dana hibah sebesar 19,2 miliar untuk pelaksanaan pengelolaan keuangan yang baik (2009) Penghargaan Unicef untuk Program Perlindungan Anak (2006) Indonesia Tourism Award 2009 dalam Kategori Indonesia Best Destination dariDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata RIbekerjasama dengan majalah SWA. Penghargaan Kota Solo sebagai inkubator bisnis dan teknologi (2010) dari Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) Grand Award Layanan Publik Bidang Pendidikan (2009) 5 kali Anugerah Wahana Tata Nugraha (2006-2011) - Penghargaan Tata Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Umum Penghargaan Manggala Karya Bhakti Husada Arutala dari DepKes (2009) Kota Terfavorit Wisatawan 2010 dalam Indonesia Tourism Award 2010 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pemerintah Kota Solo meraih penghargaan kota/kabupaten pengembang UMKM terbaik versi Universitas Negeri Sebelas Maret alias UNS SME's Awards 2012 Penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu kota terbaik penyelenggara program pengembangan mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) 2011. Penghargaan Langit Biru 2011 dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk kategori Kota dengan kualitas udara terbersih Penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam bidang Pelopor Inovasi Pelayanan Prima (2010). dari profil.merdeka: Nama Lengkap : Joko Widodo Alias : Jokowi Profesi : Birokrat Agama : Islam Tempat Lahir : Surakarta, Jawa Tengah Tanggal Lahir : Rabu, 21 Juni 1961 Zodiac : Gemini Hobby : Membaca | Traveling Warga Negara : Indonesia No Relation BIOGRAFI Nama Joko Widodo mulai menjadi sorotan ketika terpilih menjadi Walikota Surakarta. Awalnya publik menyangsikan kemampuan pengusaha mebel ini untuk memimpin dan mengembangkan kota Surakarta, namun beberapa perubahan penting yang dibuat untuk membangun Surakarta di tahun pertama kepemimpinannya menepis keraguan ini. Diawali dengan branding, di bawah kepemimpinan Jokowi kota Surakarta atau yang sering disebut dengan Solo punya slogan 'Solo: The Spirit of Java' yang mendasari semangat warga Solo untuk mengembangkan kotanya. Ini bukan sekedar branding, sejak tahun 2006 lalu kota Surakarta telah menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia. Dengan keanggotaan tersebut, di tahun berikutnya (2007) Solo menjadi tempat Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di Benteng Vastenburg. Penyelenggaraan event ini membawa misi penyelamatan situs bersejarah karena benteng tersebut terancam akan digusur untuk kepentingan bisnis. Bahkan tahun 2008, Solo menjadi tuan rumah penyelenggara konferensi Organisasi Kota-kota Warisan Dunia ini. Proses relokasi pedagang barang bekas yang biasanya selalu diwarnai dengan penolakan dan protes bisa dilakukan Jokowi dengan baik karena komunikasi yang langsung dan jelas dijalin dengan masyarakat. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah melalui saluran televisi lokal di mana masyarakat bisa langsung berinteraksi dengan walikotanya. Masalah lahan hijau juga menjadi perhatian Jokowi, relokasi pedagang barang bekas tersebut juga dilakukan dalam rangka revitalisasi lahan hijau di kota Solo. Langkah besar lain yang diambil oleh Jokowi adalah menetapkan persyaratan bagi para investor untuk memperhatikan kepentingan publik dan tidak segan untuk menolak mereka jika tidak bisa mengikuti peraturan yang ada dalam kepemimpinan Jokowi. Nama Surakarta kembali menjadi perbincangan ketika para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo ini berhasil merakit mobil yang diberi nama Esemka. Jokowi sangat mendukung hasil yang membanggakan ini dengan ikut mengendarai mobil Esemka tersebut. Untuk prestasinya ini Jokowi kemudian mencalonkan diri di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakilnya. Mereka berdua menjadi pasangan calon gubernur yang paling kuat berdasarkan perhitungan cepat yang dilakukan di hari pemilihan (Rabu, 11 Juli 2012), dan menjadi cagub yang paling banyak disoroti dalam Pilgub DKI 2012 ini. Namun demikian pencalonan Jokowi diwarnai dengan isu SARA yang dikeluarkan oleh Rhoma Irama dalam ceramahnya di Masjid Al'Isra Tanjung Duren Jakarta Barat. Dalam kesempatan itu, Rhoma Irama mengimbau warga agar memilih pemimpin yang seiman, dan beliau menyebutkan bahwa ibu Jokowi adalah seorang non-muslim. Pernyataan ini menuai protes keras dari publik hingga Panwaslu DKI melakukan pemeriksaan atas Rhoma Irama atas dugaan menyebarkan isu SARA. Hasil dari kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berhasil mengambil hati masyarakat. Kini ia maju sebagai calon presiden sebagai kandidat dari PDIP dan menggandeng Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya dengan nomor urut dua. Melawan pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto dengan wakilnya Hatta Rajasa. Riset dan analisa oleh Somya Samita Last Update: 11/06/2014 PENDIDIKAN SMP Negeri 1 Surakarta SMA Negeri 6 Surakarta Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada KARIR Walikota Surakarta Pengusaha mebel dan pertamanan Gubernur Jakarta 2012 PENGHARGAAN Nominasi World Mayor 2012 10 Tokoh 2008 versi majalah Tempo dari wikipedia: Joko Widodo (born June 21, 1961) is an Indonesian politician and the current governor of Jakarta. He is often better known by his nickname Jokowi. He was previously the mayor of Surakarta (often also known as Solo in Indonesia). He was nominated by his party, the Indonesian Democratic Party – Struggle (PDI-P), to run in the 2012 Jakarta gubernatorial election with Basuki Tjahaja Purnama (often known as Ahok) as his running mate.[1] He was elected governor of Jakarta on 20 September 2012 after a second round runoff election in which he defeated the incumbent governor Fauzi Bowo.[2] Jokowi's win was widely seen as reflecting popular voter support for "new" or "clean" leaders rather than the "old" style of politics in Indonesia, although he is over 50 years old.[3] His governorship lasts for five years and will end in 2017. Jokowi's popularity has risen sharply since his election to the high-profile position of governor of Jakarta in 2012. During 2013 and early 2014, he was seen as a potential PDI-P candidate for the Indonesian presidential election in 2014. Originally, PDI-P chairwoman Megawati Sukarnoputri stated that she would not announce the PDI-P presidential candidate until after the 9 April legislative elections in accordance with Law No 42 of 2008 (Clause 9) which states that nominations of candidates for the presidential election may only be made by a party (or a coalition of parties) that receive at least 20% of the seats in Indonesia’s House of Representatives (112 out of 560) or win 25% of the popular votes. However, due to the potential vote gains that announcing Jokowi's presidential nomination will bring to the PDI-P legislative candidates, some speculate she took advantage of his popularity to announce his nomination on March 14, 2014, three weeks before the elections and two days prior (March 16, 2014) to the start of the official legislative campaigning period including rallies and mass media advertising.[4] Regardless, Megawati’s nomination is not formal until one of the following occurs after the Indonesian legislative election on 9 April 2014: PDI-P wins 20 percent of the legislative seats, PDI-P wins 25% of the popular votes, or forms a coalition with other parties to reach the 20% threshold. If Jokowi runs successfully for President, the Deputy Governor of Jakarta Basuki Tjahaja Purnama from the Great Indonesia Movement Party (Gerindra) will succeed him as the new Governor of Jakarta. Early Life and School Education Joko Widodo is the eldest son of Noto MIhardjo and Sujiatmi Notomihardo. He has three younger sisters named Iit Sriyantini, Ida Yati and Titik Relawati.[5] Before changing his name, Joko Widodo was called Mulyono.[6] His father came from Karanganyar, his grandparents came from a village in Boyolali.[7] His education started in SD Negeri 111 Tirtoyoso (primary school) known for being a school for less wealthy citizens.[8] Due to the monetary difficulties in his childhood, he had to work his way through primary school to earn enough money for school materials and pocket money. While the other children went to school on a bike, he chose to walk. At twelve, he started working in his dad's furniture workshop.[9][10] The evictions he experienced three times in his childhood affected his way of thinking and his leadership later on as the mayor of Surakarta (solo) as he organised housing in the city.[11] After primary school, he continued his studies in SMP Negeri 1 Surakarta (middle school).[12] He had wanted to continue his education in SMA Negeri 1 Surakarta (high school), but he failed the entrance exam and went to SMA Negeri 6 Surakarta instead.[13] Jokowi married Iriana in Surakarta on 24 December 1986. They have three children: Gibran Rakabuming (1988), Kahiyang Ayu (1991), and Kaesang Pangarep (1995) University Education and Early Work He continued his education in the Forestry Faculty of Gadjah Mada University. He made use of this chance to study the structure of wood, its utilisation, and its technology. He completed his degree with the theses called: "Study on Plywood Consumption in Final Consumption in Surakarta municipality". After his graduation in 1985, he worked for BUMN PT Kertas Kraft Aceh and was placed in the area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Middle Aceh. Nevertheless he didn't feel at home and went home to his seven month pregnant wife. He was determined to work with wood in his uncle Miyono's business named CV Roda Jati. In 1988, he started his own business under the name of CV Rakabu, referring to his first child (Rakabuming). The business was quite successful, however due to fraud, it had its problems was closed. In 1990, he tried again with the money (Rp30,000,000.-) borrowed from his mother.[14] During this time, he met Micl Romaknan, who ended up calling him "Jokowi", by which he is still popularly known. With honesty and his hardworking attitude, he was trusted and could go around Europe which opened his eyes. Well managed cities in Europe were his inspiration for his policies and to jump into the world of politics. He wanted to lead humanly and make a city friendlier to its citizens. Career When he first ran for the office of mayor of Surakarta, many doubted the ability of a man who had worked as a property and furniture businessman. However, after a year in office Jokowi had successfully led many progressive breakthroughs which became widely praised nationally. One academic research shows that his leadership style includes an inter-actional relationship with the people of Solo, through which he is able to induce people's strong faith to him.[15] He adopted the development framework of European cities (which he frequently traveled to as a businessman) into his own city of Surakarta.[16] Highlights of Jokowi's approach during the seven years that he was mayor of Surakarta include the following:[17] Building new traditional markets — including an antiques market and a home appliances market. Constructing a 7-km city walk with a 3-meter wide pedestrian walkway along Surakarta’s main street. Revitalizing the Balekambang and Sriwedari parks. Stricter regulations on cutting down trees along the city’s main streets. Rebranding Surakarta as a center of Javanese culture and tourism under the tagline “The Spirit of Java”. Promoting the city as a center for meetings, incentives, conventions and exhibitions (MICE). The blusukan culture, the manner in which Jokowi made impromptu visits to certain areas to hear directly from the people their needs and criticisms. Prohibiting his family members from bidding for city projects. Healthcare insurance program for all residents. Public transportation in the form of double-decker buses and the railbus. Solo Techno Park, which helped support the Esemka Indonesian car project.[18] His supporters pointed to rapid positive changes in Surakarta under his leadership. Branding the city with the motto "Solo: The Spirit of Java" was seen as a successful move. While in office he was able to relocate junk dealers in the Banjarsari Gardens smoothly, a move which was helpful in revitalizing the functions of the open green land; he emphasized the importance of business firms engaging in community activities; he improved communications with the local community (appearing regularly on local television). Jokowi also did not hesitate to dismiss investors who do not agree with the principles of his leadership. As a follow-up of the new branding of Surakarta, he applied for Surakarta to become a member of the Organization of World Heritage Cities, which was approved in 2006, and subsequently had Surakarta chosen to host the organization's conference in October 2008. In 2007, Surakarta had also hosted the World Music Festival (Festival Musik Dunia/FMD) which was held at the Fort Vastenburg Complex (it is worth noting that Fort Vastenburg was to be bulldozed and replaced by a business center and shopping malls before Jokowi vetoed the decision). The FMD in 2008 was held in the Mangkunegaran Palace Complex. Part of Jokowi's personal style has populist "can-do" (punya gaye) elements designed to build bonds with the broad electorate.[15] This approach has proved highly effective in the past few years. As just one example, as mayor of Surakarta, he became personally involved in an incident just before Christmas 2011 when the Surakarta municipality had overdue bills of close to $1 million (Rp 8.9 billion) owing to state-owned electricity company Perusahaan Listrik Negara (PLN). Following PLN company policy to pursue a more disciplined approach to collect overdue bills, the PLN imposed a blackout on street lamps in Surakarta just before Christmas. The city municipality quickly authorized payment but in settling the bill protested that the PLN should consider the public interest before taking this type of action. To reinforce the point, Jokowi made a highly-publicized personal visit to the local PLN office to deliver the Rp 8.9 billion in cash in the form of hundreds of bundles of notes and even small coins.[19] Such interaction-oriented approach quickly rose Jokowi's prominence at the national level. Among others, he was chosen as the Tempo's Leaders of Choice by Tempo news magazine (2008) and received Changemakers Award from Republika newspaper (2010); his name also started being considered in national polls for governorship of Jakarta way before his party nomination of him to run for the post, including that by Universitas Indonesia and Cyrus Network (2011).[20] Governor of Jakarta Jokowi has been an active and high-profile governor of Jakarta. He has followed the practice (known as blusukan) of regularly arranging well-publicized visits to local communities, often in quite poor areas, across Jakarta (see below). His broad approach is widely said to reflect the similar, successful style of administration that he adopted while mayor of Surakarta between 2005 and 2007. His inner circle of advisers in Jakarta is reported to include people such as FX Hadi 'Rudy' Rudyatmo, Sumartono Hadinoto, and Anggit Nugroho who were colleagues while he was mayor of Surakarta as well as Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama, his current deputy as governor of Jakarta.[21] Policies as Governor Blusukan Not so much a policy as a general approach, Jokowi has actively carried out the practice known as blusukan of regularly visiting quite poor areas across Jakarta. During these visits he wears simple informal clothes and makes a point of spending time in markets or walking along narrow Jakarta lanes (gangs) to chat to people about problems like the price of food, housing difficulties, local flooding, and transport. Polling and media coverage suggests that Jokowi's hands-on style has proved very popular both in Jakarta and elsewhere across Indonesia.[22] Healthcare Program Early after taking office in late 2012 Jokowi introduced a universal health care program in Jakarta, based on a Healthy Jakarta Card (Kartu Jakarta Sehat or KJS). The program proved to be very popular. However, the KJS program also generated controversy because implementation problems quickly became evident.[23] The demand for health services from hospitals across Jakarta jumped sharply putting great pressure on the limited services available. Demand for health services surged by 70% in the first few months.[24] The program involved an insurance program provided through the state-owned insurance company PT Askes Indonesia (Persero) and a plan to regulate health charges for treatment for over 20,000 services and procedures.[25] There was confusion over the details of the implementation of the system and long waiting queues for services caused dissatisfaction. The long queues even generated a market for middlemen who offered line-waiting services for up to Rp 150,000 (around $US 15 at end-2013 exchange rates).[26] The various problems led to criticism of Jokowi in the Jakarta regional parliament that he was promoting a populist, poorly-designed program. However Jokowi defended the popular KJS program and counseled patience. Presidential candidacy Widodo declares victory in presidential race of indonesia. it was the tightest race since the Suharto government.[27] Awards and honours His awards and honours include the following: 2008: Jokowi was listed by Tempo magazine as one of the 'Top 10 Indonesian Mayors of 2008'. 2011: He was awarded the Bintang Jasa Utama by President Susilo Bambang Yudhoyono. 2012: Jokowi received 3rd place of the 2012 World Mayor Prize for "transforming a crime-ridden city into a regional center for art and culture and an attractive city to tourists. He was listed as one of "The Leading Global Thinkers of 2013" in Foreign Policy (magazine). In February 2013 he was nominated as the global mayor of the month by the The City Mayors Foundation based in London. 2014: Jokowi was listed by Fortune (magazine) as one of the 'The World's 50 Greatest Leaders' [28] Interests According to The Economist, Jokowi "has a penchant for loud rock music" and once owned a bass guitar signed by a member of heavy-metal band Metallica.[29] Popular culture In June 2013, a movie depicting Jokowi's childhood and youth was released.[30] Jokowi expressed some objections to the movie saying that he felt his life had been a simple one and was not worthy of being presented as a movie.[31]

No comments: